Speed Cash

bisnis online, jual beli online, sistem pembayaran, pembayaran online, bisnis online

Kamis, 08 April 2010

Tiban

Mendengar kata "Tiban", muncul dibenak kita bahwa nama tersebut memiliki makna yang sangat luas. Artinya bahwa tiban bukan hanya sekedar upacara ritual, namun juga memiliki arti pada bidang lainnya yang muncul di berbagai wilayah tertentu, yang dibalik kata tersebut memiliki maksud dan tujuan tertentu.Pada penulisan ini kami mencoba untuk menyampaikan sebagian dari informasi yang telah didapatkan selama proses belajar penulisan karya ilmiah di ISI Surakarta, salah satunya adalah kesenian Tiban . Sebenarnya kesenian ini telah berkembang di beberapa wilayah Jawa Timur seperti Kediri, Tulungagung Trenggalek dan beberapa daerah lain yang memiliki potensi budaya terhadap kesenian Tiban. Akan tetapi pada kesempatan kali ini akan diuraikan sedikit mengenai kesenian Tiban yang berada di wilayah Trenggalek ditinjau dari segi ritual dan segi pertunjukannya.
Pada dasarnya Tiban merupakan suatu bentuk upacara ritual yang digunakan untuk meminta hujan. Sampai saat ini kesenian tiban masih tetap eksis di beberapa wilayah Trenggalek, tertutama di wilayah pedesaan. Awal kemunculan tiban ini menandakan adanya suatu interaksi antara manusia dengan alam pikiran mistis. Maksudnya bahwa dibalik pelaksanaan kesenian ini mengandung makna filosofis tertentu terhadap kekuatan gaib sehingga memunculkan adanya kekuatan
supranatural yang berasal dari luar diri manusia. Kekuatan tersebut muncul karena pengaruh dari beberapa sarana dan prasarana ritual yang dilantunkan melalui do'a atau mantra tertentu. Kesenian ini disebut sebagai ritual karena memiliki beberapa ciri seperti yang diungkapkan oleh R.M Soedarsono, secara garis besar ada enam ciri yaitu pemainnya dipilih orang yang dianggap suci atau membersihkan diri secara spiritual, pertunjuknya dipilih tempat yang dianggap sakral, waktu pertunjukan dipilih waktu yang dianggap sakral, menggunakan sesaji sebagai perlengkapan dan tujuan ritual lebih diutamakan dari pada sebagai tontonan. Adapun perlengkapan sesaji yang digunakan adalah sebagai berikut : nasi tumpeng beserta lauknya berupa ayam ingkung, mentimun,kuluban, mie goreng tahu, tempe goreng, telur rebus, beserta jajan pasar dan pisang, terdapat juga kemenyan yang dibakar sebagai sarana perantara antara manusia dan dunia gaib lainnya. Hal tersebut dilakukan masyarakat Trenggalek karena kehadiran nasi tupeng beserta isinya memiliki makna bahwa umat manusia di dunia ini akan selalu kembali kepada Yang Maha Kuasa yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Menurut masyarakat setempat pertunjukan tiban ini mayoritas diperankan oleh anak laki-laki yang umurnya tidak kurang dari 15 tahun. Ini dilakukan supaya dalam proses pelaksanaan persiapan ritual (tirakatan) tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Terdapat pula semacam larangan atau aturan tertentu ketika pertunjukan ini berlangsung, diantaranya adalah :
  1. permainan harus dilakukan satu lawan satu dengan umur yang sejajar, dantidak boleh lebih tua atau lebih muda.
  2. daerah yang boleh dicambuk hanya bagian leher sampai batas tali pusar.
  3. pembuatan properti yaitu cambuk (terbuat 10-15 dari lidi aren yang masih segar) hanya boleh dilakukan ketika pertunjukan akan berlangsung dan tempatnya sesuai dengan tempat ritual yang ditentukan serta menggunakan mantra-mantra tertentu juga.
  4. pelaksanaan ritual dibatasi antara pukul 12.00-17.00 WIB
Dari segi pertunjukan kesenian ini memiliki unsur yang selayaknya sebuah pertunjukan/tontonan, salah satunya adalah gerak. Sebagai media ungkap seni pertunjukan, gerak berdampingan dengan suara merupakan cara yang digunakan untuk mengutarakan berbagai perasaan dan pikiran yang paling awal dikenali oleh manusia. Terkait dengan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya gerak yang muncul dalam pertunjukan tiban ini merupakan suatu bentuk ekspresif manusia melalui alam pikiran mistis sesuai dengan kepercayaan dan latar belakang budaya masyarakat setempat. Artinya bahwa setiap gerak-gerik yang muncul pada saat itu memiliki suatu keterkaitan yang sangat erat hubungannya akan suatu maksud dan tujuan tertentu.
Adapun unsur lain yang mendukung pertunjukan tiban ini adalah iringan (musik tari) baik itu eksternal atau pun internal, dan rias busana. Sesuai konsep dasar pertunjukan ritual yang telah diutarakan, iringan yang digunakan pun sangatlah sederhana yaitu sebagai media utamanya adalah kentongan dan kendang. Ini menunjukkan bahwa identitas budaya dari masyarakat tersebut masih kental dengan budaya tradisi setempat yang berangkat dari sitem kebudayaan agraris.
Masih banyak hal lain yang belum disampaikan dalam penulisan ini, oleh karena itu kami mengharapkan saran, kritik, ataupun komentar dari rekan-rekan sebagai evaluasi yang akan datang dalam penulisan. Maturnuwun.

2 komentar:

  1. Makasih uda gabung di BlogQ ya... (beck). Oya, gmn Bisnis OLnya... lancar kan??? Slm knal... Laen kali boleh donk dTampilkan gambarnya...,hehehehe

    BalasHapus
  2. makasih komentarnya yaw...untuk bisnis OLnya aku masih belajar2 tapi ya lumayanlah...sedikit2 dah ada hasil daripada nggak sama sekali...hehe..

    BalasHapus